1.
Tujuan
Setelah
melakukan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
Ø
Menguji metode ARX, ARMA, OE dan BJ didalam
matlab.
Ø
Mencari transfer fungsi dari kombinasi RLC yang
dibuat secara teori.
Ø
Membandingkan transfer fungsi RLC secara teori
dan praktek.
2. Dasar Teori
Mendapatkan model matematis dari sebuah sistem fisik dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu melalui pendekatan analisis dan eksperimen. Untuk metode dengan pendekatan analisis, sistem nyata (rea systeml) diwakili oleh sebuah gabungan elemen-elemen pembentuk yang dianggap ideal. Cara untuk memperoleh model sistem tersebut adalah dengan menggunakan persamaan-persamaan dari hukum fisika (seperti: Kirchhoff, Newton,dll) dan komponenkomponen yang terpasang didalam sistem fisik (seperti: resistor, kapasitor, dll) [1]. Kelemahan dari metode ini terletak pada pengidealan komponen pembentuk yang tentunya akan mempengaruhi ketepatan model yang akan diperoleh, selain itu kompleksitas persamaan matematis dari hukum fisika yang harus diselesaikan, semakin rumit dan besar sistem maka tentu akan semakin banyak melibatkan persamaan matematis. Selain kelemahan-kelemahan tersebut biasanya ketidaktersediaan informasi mengenai komponenkomponen yang ada didalam sistem tersebut juga akan mempersulit dalam melakukan pemodelan. Oleh karena kelemahan-kelemahan tersebut, digunakanlah metode yang kedua yaitu dengan metode dengan pendekatan eksperimen.
Gambar 1. Struktur
dari metode identifikasi secara recursive
Untuk
melaksanakan proses identifikasi sistem tersebut diperlukan langkah-langkah
sebagai berikut:
Ø Pengambilan
data input-output
Ø Menentukan
struktur model
Ø Estimasi
parameter
Ø Validasi
model
Langkah awal dalam melaksakan identifikasi
sistem adalah pengambilan data input-output. Pengujian ini tentu memerlukan
sinyal uji tertentu yang akan diberikan kepada sistem fisik yang akan
diidentifikasi. Agar diperoleh model yang tepat maka dalam pemilihan sinyal uji
ini tidak boleh sembarangan. Syarat pemilihannya adalah suatu sinyal uji harus
memiliki cakupan frekuensi yang lebar dan standard yang digunakan adalah sinyal
Pseudo Random Binary Sequences (PRBS). Pseudo Random Binary Sequence (PRBS)
adalah sinyal kotak yang termodulasi pada lebarnya dan berlangsung secara
sekuensial. Sinyal ini biasanya dibangkitkan menggunakan Linear Feedback
Shift Register (LFSR). Pada LFSR memiliki 2 parameter dasar yang
menentukan sifat sekuensial yang dihasilkan, yaitu: panjang dari shift register
dan susunan umpan balik. PRBS memiliki variasi panjang sekuensialnya,
tergantung dari panjangnya shift register.
Panjang
dari shift register menentukan periode maksimum yang dapat dihasilkan dari
sekuensial PRBS dan tidak berulang yang dapat dinyatakan dengan persamaan: 𝐿𝑃𝑅𝐵𝑆
= 2𝑛 − 1
..................... (1) Dimana n adalah
panjang dari register LFSR (jumlah bit). Panjang maksimum dari PRBS disebut Msequence. Sinyal proses pembangkit
sinyal uji dilakukan melalui Arduino uno. Data yang ditampilkan diserial monitor Arduino akan diletakkan di
Microsoft excel untuk dilihat hasil generate sinyalnya, apakah sudah berbentuk
sinyal prbs atau belum. Jika sudah akan dilakukan identifikasi di matlab. Dalam
pengujian kali ini akan dilakukan beberapa struktur model yaitu ARX, ARMAX, OE
dan BJ.
Tujuan
yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah tercipta suatu perangkat pemodelan sistem yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
sistem secara real time
dan mudah dalam penggunaannya sehingga dapat digunakan lebih lanjut dalam perancangan sistem kontrol.
3.
Alat dan Bahan
Pada pratikum ini menggunakan alat dan bahan sebagai
berikut:
Ø
Arduino Uno dan laptop
Ø
Project Board
Ø
Resistor 10 Kohm
Ø
Inductor 1 mH
Ø
Capasitor 22uf
Ø
Kabel jumper dan Multimeter
4.
Langkah Pratikum
1.
Cari atau buat rangkaian RLC
yang akan dilakukan identifikasi sistem.
Gambar 2. Rangkaian RLC
2.
Buat atau cari program untuk
menghasilkan sinyal prbs dari Arduino, dalam hal ini program sudah ada di
google.
/* Pseudo-Random Bit Sequence
Generator 2009-11-25 */
/* Copyright (c) 2009 John
Honniball, Dorkbot Bristol
*/
int speakerPin = 9; //pin pwm untuk mengeluarkan sinyal prbs
float data; //data tegangan yang
dihasilkan
int x=1; //kondisi awal hitung
unsigned long int reg;
void setup ()
{
Serial.begin (9600); //set baud rate
pinMode (speakerPin, OUTPUT); //dekralasi sebagai output
// Arbitrary inital value; must not be zero
reg = 0x55aa55aaL;
}
void loop ()
{
for(x >= 1; x <= 1000; x += 1)
{
unsigned long int newr;
unsigned char lobit;
unsigned char b31, b29, b25, b24;
// Extract four chosen bits from the 32-bit register
b31 = (reg & (1L << 31)) >> 31;
b29 = (reg & (1L << 29)) >> 29;
b25 = (reg & (1L << 25)) >> 25;
b24 = (reg & (1L << 24)) >> 24;
// EXOR the four bits together
lobit = b31 ^ b29 ^ b25 ^ b24;
// Shift and incorporate new bit at bit position 0
newr = (reg << 1) | lobit;
// Replace register with new value
reg = newr;
// Drive speaker pin from bit 0 of 'reg'
digitalWrite (speakerPin, reg & 1); // beri sinyal 0 dan 1
data = analogRead (A0); // pin ke V.OUT
Serial.print((reg & 1 )*5); // sinyal prbs yang dikeluarkan dikali
tegangan arduino
Serial.print(" ");
Serial.println((data*5)/1023); // menampilkan tegangan yang diukur
delayMicroseconds (10000); // delay setiap pengeluaran sinyal
}
}
3.
Buat rangkaian RCL di project
board, hubungan Vinput ke pin 9 selaku output prbs dan ground, kemudian
hubungkan Voutput ke pin A0 dan ground.
Gambar 3. Wiring RLC ke Arduino
4.
Upload program dan lakukan
pembacaan output di serial monitor Arduino.
Gambar 4. Upload program dan lakukan serial monitor
5.
Pindahkan 1000 data dari
Arduino tersebut ke Microsoft Excel dan buat grafik sehingga terlihat bentuk
grafiknya.
Gambar 5. Data dari arduino ditampilkan di microsoft excel
6.
Buka software matlab,
lalu klik new workspace untuk menyimpan data input prbs sama data output
tegangan RLC yang diukur.
Gambar 6. New workspace
7.
Ganti nama workspace sesuai
keinginan anda dengan klik kanan mouse lalu rename. Dalam hal ini saya memakai
nama “input” sebagai data sinyal prbs dan “output” sebagai data tegangan output
yang diukur di RLC.
Gambar 7. Mengganti nama workspace
8.
Klik dua kali nama
workspace yang telah direname. Copy data prbs dan data tegangan output RLC yang
ada di microsoft excel kedalam workspace input dan output.
Gambar 8. Data prbs dan RLC di workspace
9.
Di comment window ketik
ident lalu enter untuk menampilkan System identification tool.
Gambar 9. Ident di matlab
10. Di kolom import data pilihlah time domain data.
Gambar 10. System identification tool
11.
Di time domain data
masukkan nama workspace input dan output. Jangan lupa masukkan nilai Sampling
Interval, karna di Program Arduino delay waktunya 0.01s maka di dalam matlab juga
dimasukkan angka yang sama. Tekan import lalu close.
Gambar 11. Time domain data
12. Di kolom estimate pilih polynomial models
Gambar 12. Polynomial models
13.
Didalam kolom polynomial
and state space models coba pilih ARX atau ARMAX atau OE atau BJ. Klik order
selection lalu estimate atau langsung klik estimate maka model output akan
langsung keluar.
Gambar 13. Polynomial and state space models
14.
Didalam ARX model
structure selection kita pilih sesuai keinginan, namun beberapa kali percobaan
penulis menarik kesimpulan kalau miss fits paling kecil memiliki best fits yang
paling tinggi.
Gambar 14. ARX model structure selection
15. Dibawah ini adalah hasil beberapa model ouput.
Gambar 15. Model ouput ARX
Gambar 17. Model ouput OE
Gambar 18. Model ouput BJ
Gambar 20. Time plot ARX
Gambar 21. Tranfer fungsi ARX
5.
Langkah
Teori
1.
Cari transfer fungsi dari
gambar rangkaian RLC yang ada di langkah pratikum.
Masukkan
angka sesuai komponen di dalam transfer fungsi
Resistor = 10
Kohm, Inductor = 1mH dan Capasitor = 22uF
2.
Buka Simulink di matlab.
3.
Klik file lalu new model.
4.
Cari icon library Simulink yang
di butuhkan lalu letakkan di new model.
Gambar 24. Library simulink
5.
Hubungkan sinwave, transfer
function dan scop. Lalu klik dua kali transfer fungsi da nisi sesuai transfer
fungsi yang kita buat.
Gambar 25. Wiring transfer function
6.
Klik dua kali sinewave, ganti
sample time menjadi 0.01. lakukan run lalu klik dua kali scope nya.
Gambar 27. Hasil scope diperbesar
KESIMPULAN
Kesimpulan dari keempat model
tersebut adalah masing-masing model memiliki susunan order tertentu untuk
mencapai Best Fits mendekati 100 persen. Tidak bisa ditentukan mana yang lebih
handal dari ARX, ARMAX, BJ ataupun OE, karena semua tergantung plant yang kita
miliki, tapi untuk plant RLC seri parallel yang saya pilih ini memiliki best
fits paling besar adalah metode BJ yaitu 96,27%, sedangkan dengan metode lain
yaitu ARX sebesar 96,22%, ARMAX sebesar 96,13% dan OE sebesar 96,22%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar